akudigi.id – Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, tengah menghadapi badai politik dan hukum.
Namanya disebut dalam surat penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menetapkannya sebagai tersangka kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR RI.
Kasus ini juga menyeret Harun Masiku, eks calon legislatif yang telah menjadi buron sejak 2020.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Penetapan Hasto sebagai tersangka tercantum dalam surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (Sprindik) bernomor Sprin.Dik/153/DIK.00/01/12/2024 yang diterbitkan pada 23 Desember 2024.
Dalam surat itu disebutkan bahwa Hasto diduga terlibat dalam tindak pidana korupsi bersama Harun Masiku.
Namun, di balik berita ini, sosok Hasto dikenal sebagai figur yang memiliki perjalanan hidup dan karier politik yang panjang.
Lahir di Jogjakarta pada 7 Juli 1966, ia tumbuh dengan kecintaan pada kisah Mahabharata. Lakon tentang konflik antara kebaikan dan kejahatan itu menjadi salah satu inspirasinya sejak masa kecil.
Ketertarikan Hasto pada dunia politik mulai tumbuh saat duduk di bangku SMA Kolese de Britto. Ia gemar membaca buku-buku politik, yang kemudian membawanya melanjutkan studi di Fakultas Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1985.
Di kampus, Hasto aktif di organisasi kemahasiswaan dan bahkan menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM. Buku-buku tentang Sukarno dan gagasannya tentang Indonesia Raya menjadi bacaan favoritnya.
Setelah menyelesaikan kuliah pada 1991, Hasto semakin serius mendalami dunia politik. Ia belajar langsung dari Cornelis Lay, seorang akademisi politik terkemuka dari UGM.
Tidak berhenti sampai di situ, Hasto juga menempuh pendidikan di bidang bisnis dan pertahanan. Pada 2000, ia meraih gelar magister dari STIE Prasetya Mulya Business School Jakarta, dan pada 2022, ia menyelesaikan studi doktoral di Universitas Pertahanan.
Perjalanan politik Hasto dimulai ketika ia menjadi anggota DPR RI pada 2004, mewakili Dapil Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek. Kiprahnya terus menanjak, terutama setelah ia berperan besar dalam kemenangan Joko Widodo (Jokowi) pada Pilgub DKI Jakarta 2012 dan Pilpres 2014.
Pada Pilpres 2019, Hasto memimpin pembentukan Tim Kampanye Nasional (TKN) yang membawa Jokowi-Ma’ruf Amin menuju kemenangan.
Hasto menjabat sebagai Sekjen PDIP sejak 2014, awalnya sebagai Plt menggantikan almarhum Tjahjo Kumolo. Pada Kongres IV PDIP tahun 2015, ia resmi dikukuhkan sebagai Sekjen, dan jabatannya diperpanjang hingga periode 2019-2024 melalui Kongres V PDIP.
Kini, badai hukum menguji karier politiknya. Apakah Hasto mampu melewati cobaan ini? Waktu yang akan membuktikan segalanya. (*)